1.2 Sejarah Perkembangan Gamelan Jawa
Menurut J. L. A. Brandes (dalam Prasetio, 2012), orang-orang di Nusantara telah menguasai beberapa pengetahuan sebelum kedatangan Kebudayaan Hindu-Budha. Di antaranya adalah ilmu astronomi, pertanian, pelayaran, wayang, batik, dan gamelan. Teori ini mendasari dugaan bahwa Gamelan telah muncul sejak jaman prasejarah dan merupakan kebudayaan asli Indonesia.
Walau demikian, kebanyakan bukti sejarah menunjukkan bahwa Gamelan berkembang di Jawa sejak masa Hindu-Budha, yakni pada kisaran abad ke 7 masehi. Hal ini bisa dilihat pada relief-relief candi yang ada di Jawa Tengah maupun Jawa Timur, misalnya saja di Candi Borobudur. Reliefnya memuat gambar sekitar 17 instrumen gamelan, seperti kendang, siter, suling, saron dan gambang (Prasetio, 2012). Pada masa itu, Gamelan merupakan salah satu perangkat penting untuk berbagai kegiatan upacara adat dan peribadatan. Gamelan bukan hanya berfungsi sebagai sarana pemenuhan kebutuhan duniawi (misalnya acara hiburan dan upacara kenegaraan), tetapi juga menjadi sarana pemenuhan kebutuhan spiritual.
Masuknya ajaran Islam ke wilayah Nusantara tidak membuat Gamelan menghilang. Sebagai bagian dari identitas asli kebudayaan Indonesia, Gamelan terus mengalami penyempurnaan dan menjadi salah satu sarana untuk mendakwahkan ajaran Islam. Misalnya oleh Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Gamelan juga masih memegang peranan penting dalam kegiatan spiritual, sebut saja untuk Upacara Sekaten (Maulid Nabi).
Masuknya kebudayaan Eropa melalui kolonialisme membuat Gamelan mulai mengalami “rasionalisasi” dan fungsi Gamelan lebih ditekankan pada unsur-unsur praktisnya daripada spiritualnya. Permainan Gamelan menjadi lebih bervariasi karena berani untuk keluar dari pakem yang sudah ada. Gamelan juga mulai dipelajari dan diteliti oleh orang-orang Barat. Melalui peran Ki Hajar Dewantara dan Taman Siswa, Gamelan mulai masuk ke ranah pendidikan dan ekstrakurikuler.
Di masa modern, Gamelan sebagai bentuk kebudayaan asli Indonesia berusaha untuk bertahan di tengah serbuan kebudayaan-kebudayaan luar. Kurangnya kepedulian generasi muda terhadap eksistensi Gamelan menjadi permasalahan tersendiri. Untuk menjawab tantangan jaman, Gamelan terus berinovasi dengan kolaborasi-kolaborasi kreatif bersama kesenian lain. Pada tanggal 15 Desember 2021, UNESCO menetapkan Gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda ke-12 dari Indonesia (Simangunsong & Prasetya, 2021).
Kepustakaan
- Prasetyo, P. (2012). Seni Gamelan Jawa Sebagai Representasi Dari Tradisi Kehidupan Manusia Jawa: Suatu Telaah Dari Pemikiran Coolingwood. [Skripsi, Universitas Indonesia] Universitas Indonesia Library: https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20291476-S1336-Panji%20Prasetyo.pdf.
- Simangunsong, W. S. & A. W. Prasetya. (2021, Desember 16). Beda Gamelan Gaya Yogyakarta dan Surakarta, Warisan Dunia Tak Benda Dari Indonesia. https://travel.kompas.com/read/2021/12/16/160300727/beda-gamelan-gaya-yogyakarta-dan-surakarta-warisan-budaya-tak-benda-dari.