3.2 Laras Pelog
Gamelan Jawa menggunakan tangga nada Pentatonik karena memiliki lima nada dasar dalam satu gembyang (oktaf). Gamelan Jawa memiliki dua laras, yakni Slendro dan Pelog. Karena memiliki laras yang berbeda, instrumen-instrumen melodi pada gamelan biasanya memiliki dua varian. Sebagai contohnya adalah instrumen Gendher. Ada gendher Slendro dan gendher pelog. Demikian pula dengan Bonang, Saron, dan lain sebagainya. Pembahasan pada bagian ini adalah seputar Laras Pelog.
Supanggah (dalam Ariawarman, 2017) mendefinisikan Pelog sebagai sistem urutan nada-nada yang terdiri dari lima atau tujuh nada dengan pola jarak (interval) yang tidak sama rata, yaitu tiga atau lima jarak dekat dan dua jarak jauh. Tujuh nada yang dimaksud adalah :
- Penunggul, atau nada siji yang disingkat ji, dinotasikan dengan angka 1.
- Gulu, atau nada loro yang disingkat ro, dinotasikan dengan angka 2.
- Dhadha, atau nada telu yang disingkat lu, dinotasikan dengan angka 3.
- Pelog, atau nada papat yang disingkat pat, dinotasikan dengan angka 4.
- Limo, atau nada limo yang disingkat mo, dinotasikan dengan angka 5.
- Nem, atau nada enem yang disingkat nem, dinotasikan dengan angka 6.
- Barang, atau nada pitu yang disingkat pi, dinotasikan dengan angka 7.
Dalam notasi bilangan, laras Pelog ditulis sebagai berikut :
1 2 3 4 5 6 7 i
±1x ±1x ±1,5x ±1x ±1x ±1x ±1,5x
Hal yang harus dipahami adalah laras Pelog tidak sama dengan tangga nada Diatonis. Hal ini disebabkan teknik permainan laras Pelog. Walau memiliki tujuh nada dasar, nada-nada yang dimainkan dalam satu komposisi laras Pelog hanyalah berjumlah lima nada. Dengan demikian, secara tidak langsung, laras Pelog masih merupakan tangga nada pentatonik. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam pembahasan tentang Pathet.
Kepustakaan
- Ariawarman, M. (2017). Tinjauan Proses Pembuatan Gong Gamelan Jawa. [Skripsi, Universitas Negeri Jakarta] http://repository.unj.ac.id/29121/1/Muhammad%20Ariawarman.pdf.