4.2 Embat
Dalam pelarasan Gamelan Jawa, dikenal sebuah konsep yang bernama Embat. Konsep ini khas dimiliki oleh Gamelan Jawa. Embat inilah yang membuat permainan musik Gamelan Jawa menjadi menarik sehingga berperan penting dalam proses pelarasan. Palgunadi (2023) menyatakan bahwa terdapat dua definisi yang berbeda untuk embat :
- Definisi Pertama
Definisi pertama menyatakan bahwa embat adalah tinggi-rendahnya susunan wilayah nada gamelan. Berdasarkan definisi tersebut, embat dibagi menjadi tiga :
- Embat Andhap
Adalah susunan nada-nada pada suatu tangga-nada tertentu, yang berada di wilayah / daerah ‘andhap’ (bawah). Gamelan yang nada-nada ricikannya dilaras pada embat andhap umumnya akan menghasilkan kumpulan nada-nada yang terasa rendah. Sedangkan suara yang dihasilkan cenderung akan mempunyai kesan tenang, sendu, dan tenteram. Embat Andhap sesuai untuk dipakai pada gamelan yang digunakan untuk pagelaran karawitan, seperti klenengan, uyon-uyon, atau resital yang garap karawitannya relatif halus dan diharapkan menghasilkan kesan tenang dan anggun.
Aradean (2017) menyatakan bahwa embat andhap banyak digunakan oleh gamelan-gamelan yang tergolong Gamelan Pakurmatan. Permainan lazimnya dilaksanakan dalam tempo yang sangat lambat, tetapi harus menghasilkan suara yang keras. Oleh sebab itu, bilah-bilah ricikan gamelan harus dibuat tebal, besar, dan relatif berukuran sangat panjang. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan amplitudo getaran yang besar dan tidak segera hilang jika bilah tersebut ditabuh / dibunyikan dalam kecepatan yang sangat lambat.
- Embat Madya
Adalah susunan nada-nada pada suatu tangga-nada tertentu, yang berada di wilayah/daerah “madya” (tengah). Gamelan yang nada-nada ricikannya dilaras pada embat “madya” secara umum akan menghasilkan kumpulan nada-nada yang terasa agak tinggi. Suara yang dihasilkan cenderung memberikan kesan lebih ramai dan gembira. Embat madya cocok untuk digunakan dalam gamelan yang digunakan untuk pagelaran karawitan pengiring beksan (tari), tari yang dilengkapi vokal, resital karawitan soran, pagelaran wayang orang, kethoprak, drama tari, dan sejenisnya.
Permainan dengan embat madya lazimnya dilaksanakan dalam tempo yang relatif beragam, tetapi tidak sampai mencapai kecepatan yang sangat tinggi (Aradean, 2017). Oleh sebab itu, bilah-bilah ricikan gamelan harus dibuat agak tebal, agak besar, dan ukurannya tidak terlalu panjang. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan amplitudo getaran yang besar, tetapi tidak segera hilang jika bilah tersebut ditabuh / dibunyikan dalam tempo yang relatif agak lambat.
- Embat Inggil
Embat Inggil adalah susunan nada-nada pada suatu tangga-nada tertentu, yang berada di wilayah/daerah “inggil” (atas). Gamelan yang nada-nada ricikannya dilaras pada embat inggîl umumnya akan menghasilkan kumpulan nada-nada yang terasa tinggi. Suara yang dihasilkan cenderung mempunyai kesan ramai, cemerlang, semarak, riang, dan gembira. Embat Inggil cocok untuk gamelan yang digunakan untuk pagelaran wayang kulit purwa, pagelaran wayang kulit madya, atau jenis-jenis pagelaran wayang lainnya.
Permainan gamelan dengan embat inggil lazimnya dilaksanakan dalam tempo yang relatif cepat hingga sangat cepat (Aradean, 2017). Hanya sesekali gamelan menggunakan irama yang sangat lambat misalnya saat dilakukan ‘sirepan’. Oleh sebab itu, bilah-bilah ricikan gamelan tidak boleh terlampau tebal, ukurannya relatif kecil dan sangat pendek. Hal ini, dimaksudkan supaya dihasilkan amplitudo getaran yang tidak terlampau besar dan segera hilang jika bilah tersebut ditabuh / dibunyikan dalam kecepatan yang sangat cepat.
- Definisi Kedua
Definisi kedua dari Embat terkait dengan frekuensi nada. Palgunadi (dalam Aradean, 2017) menyatakan bahwa embat adalah deviasi frekuensi pada nada tertentu. Deviasi ini diperlukan untuk menghasilkan efek ombak nada. Dengan demikian, suara nada gamelan akan terdengar mengalun dan memberikan efek yang menyenangkan. Dalam fisika, fenomena embat ini dijelaskan dengan konsep Pelayangan Frekuensi Bunyi atau Efek Doppler.
Embat adalah unsur penting untuk ‘ngurîpaké swârâ gamelan’ (menghidupkan suara gamelan) dan membuat kesan adanya ‘kedalaman ruang’ (Inggris: space depthness). Embat dapat terjadi dengan cara mengatur besar-kecilnya pergeseran nada atau mengatur besar-kecilnya deviasi frekuensi antara dua nada yang sama. Sebagai akibatnya, terjadi pelayangan frekuensi di antara kedua nada tersebut. Pelayangan frekuensi inilah yang menyebabkan terjadinya efek ‘ombak-ombakan’ (nada yang mengalun atau nada yang berombak) sebagai akibat adanya dua nada yang frekuensi dasarnya berdekatan; atau, frekuensi kelipatannya berdekatan. Ombak-ombakan inilah yang bisa menghidupkan suara gamelan dan membuatnya seakan-akan mempunyai kedalaman ruang (Palgunadi, 2023). Embat dalam pengertian ini dibagi menjadi beberapa golongan :
- Embat Lugu
Kadang-kadang juga disebut ‘embat pleng’ atau ‘laras pleng’. Dalam embat lugu, semua nada-nada pada suatu gamelan dilaras tanpa menerapkan pergeseran nada sedikitpun. Dengan demikian, frekuensi nada-nada yang sama pada oktaf yang berbeda merupakan kelipatan frekuensi (Inggris: harmonic frequency) yang tepat. Sebagai akibatnya, di antara nada-nada yang sama tetapi berbeda oktaf itu, tidak terjadi peristiwa pelayangan frekuensi.
Bisa dikatakan bahwa ricikan gamelan yang dilaras dengan pendekatan ini justru tidak mempunyai embat (tidak diberi embat, tanpa embat). Artinya, nada-nadanya ditala pada frekuensi yang tepat tanpa ada upaya untuk menggeser dari penalaan bakunya (Inggris: zero beat). Biasanya pendekatan ini dilaksanakan pada saat ricikan gamelan baru selesai dibuat.
Karena ricikan gamelan dengan embat lugu tidak menghasilkan pelayangan frekuensi, ada perasaan hambat atau datar jika gamelan dimainkan. Hal ini disebabkan tidak munculnya kesan ‘kedalaman ruang’ (Inggris: space depthmess) yang merupakan efek dari pelayangan frekuensi.
- Embat Sundari
Embat Sundari terjadi ketika pelarasan menghasilkan nada-nada yang bergeser sedikit ke arah atas jika diukur terhadap pelarasan nada bakunya.
Dengan demikian, frekuensi antara nada-nada yang sama dari oktaf yang berbeda bukan lagi merupakan kelipatan frekuensi (Inggris: harmonic frequency), karena terjadinya pergeseran sedikit ke arah atas tersebut (ke arah frekuensi yang lebih tinggi). Nada yang sama pada oktaf yang lebih atas (lebih tinggi) akan mempunyai frekuensi yang sedikit lebih tinggi dari nada baku yang seharusnya. Misalnya, bila sebuah nada memiliki frekuensi 100 Hz, maka nada yang sama di oktaf berikutnya memiliki frekuensi 202 Hz (bukan tepat 200 Hz).
Sebagai akibatnya, jika ricikan gamelan dibunyikan, akan terjadi pelayangan frekuensi dengan selisih atau deviasi frekuensi yang relatif kecil. Deviasi frekuensi yang kecil ini menyebabkan suara gamelan berkesan mengalun (berombak) dengan kecepatan rendah (mengalun secara lambat). Dengan demikian, akan terjadi kesan adanya kedalaman ruang (Inggris: space depthness) yang sifatnya besar. Ricikan gamelan yang dilaras dengan embat sundari biasanya berkesan agak tenang tetapi tetap dinamis, gembira, dan ceria.
- Embat Mucuk Bung
Embat Mucuk-Bung terjadi ketika pelarasan menghasilkan nada-nada yang bergeser agak banyak ke arah atas (jika diukur terhadap penalaan nada bakunya).
Dengan demikian, nada-nada yang sama dari oktaf yang berbeda bukan lagi merupakan kelipatan frekuensi (Inggris: harmonic frequency) karena terjadi pergeseran agak banyak ke arah atas tersebut (ke arah frekuensi yang jauh lebih tinggi). Nada yang sama yang berasal dari oktaf yang lebih atas (lebih tinggi) akan mempunyai frekuensi yang agak lebih tinggi dari nada baku yang seharusnya. Misalnya, bila sebuah nada memiliki frekuensi 100 Hz, maka nada yang sama di oktaf berikutnya memiliki frekuensi 208 Hz (bukan tepat 200 Hz).
Sebagai akibatnya, jika ricikan gamelan dibunyikan, akan terjadi pelayangan frekuensi, dengan selisih atau deviasi frekuensi (Inggris: frequency deviation) yang relatif agak besar. Deviasi frekuensi yang agak besar ini, akan berakibat suara gamelan berkesan mengalun (berombak) dengan kecepatan tinggi (mengalun secara cepat). Dengan demikian, akan terjadi kesan adanya kedalaman ruang (Inggris: space depthness) yang sifatnya relatif kecil.
Embat Mucuk-Bung ini sebenarnya merupakan embat sundari yang pergeseran nadanya diperbesar. Embat ini cocok untuk digunakan atau diterapkan pada gamelan wayangan karena hasilnya sangat baik untuk membuat cengkok (lekuk-liku suara), khususnya kombangan yang dilakukan oleh dalang. Ricikan gamelan yang ditala dengan pendekatan Embat Mucuk Bung, biasanya berkesan sangat dinamis, menyenangkan, dan ramai.
- Embat Laras-Ati
Embat Laras-Ati terjadi ketika pelarasan menghasilkan nada-nada yang bergeser sedikit ke arah bawah jika diukur terhadap penalaan nada bakunya.
Dengan demikian, nada-nada yang sama dari oktaf yang berbeda bukan lagi merupakan frekuensi kelipatan (Inggris: harmonic frequency) disebabkan terjadi pergeseran sedikit ke arah bawah tersebut (ke arah frekuensi yang lebih rendah). Nada yang sama yang berasal dari oktaf yang lebih atas (lebih tinggi), akan mempunyai frekuensi yang sedikit lebih rendah dari nada baku yang seharusnya. Misalnya, bila sebuah nada memiliki frekuensi 100 Hz, maka nada yang sama di oktaf berikutnya memiliki frekuensi 197 Hz (bukan tepat 200 Hz).
Sebagai akibatnya, jika ricikan gamelan dibunyikan, akan terjadi pelayangan frekuensi, dengan selisih atau deviasi frekuensi (Inggris: frequency deviation) yang relatif kecil. Deviasi frekuensi yang kecil ini menyebabkan suara gamelan berkesan mengalun (berombak) dengan kecepatan rendah (mengalun secara lambat). Dengan demikian, muncul kesan adanya kedalaman ruang (Inggris: space depthness) yang sifatnya relatif besar.
Ricikan gamelan yang ditala dengan pendekatan embat laras-ati, biasanya berkesan tenang, damai, anggun, dan menyenangkan. Karenanya, embat laras-ati cocok untuk diterapkan pada gamelan yang digunakan untuk pagelaran uyôn-uyôn atau klenèngan.
Kepustakaan
- Aradean. (2017, Oktober 1). Pathet dan Embat dalam Gamelan Jawa. Dodotiro: https://www.dodotiro.com/2017/10/titi-laras-bagian-ke-2.html
- Palgunadi, B. (2023, Oktober 3). Embat yang Misterius : Menghidupkan Getar-getar Nada Gamelan. Ajar Wayangan Blog. https://ajar-wayangan.blogspot.com/2023/10/embat-yang-misterius.html?fbclid=IwAR2BDc RVjPUieOIN_xgKug7xP9rGKhwc1UV6dC8gYnbdwv3fns0N8hDfZ4c