5.2 Pathet Dalam Laras Slendro
Palgunadi (2023) menyebutkan bahwa munculnya konsep Pathet tidak bisa dilepaskan dari pertunjukan wayang karena pembagian jenis Pathet dilakukan berdasarkan pembagian fragmen dalam cerita-cerita di pertunjukan wayang. Laras Slendro memiliki pembagian Pathet sendiri, begitu juga dengan Laras Pelog.
Secara umum, cerita dalam pertunjukan wayang dibagi menjadi tiga fragmen :
- Fragmen Pertama
Fragmen pertama dalam pertunjukan wayang biasanya menceritakan masa kecil atau masa muda dari tokoh utama yang diceritakan. Pada fragmen pertama, dalang memperkenalkan tokoh-tokoh yang penting dalam cerita. Permasalahan dalam cerita juga mulai diungkapkan. Suasana yang dibangun oleh dalang umumnya ceria dan menyenangkan.
- Fragmen Kedua
Fragmen kedua dalam pertunjukan wayang biasanya menceritakan masa dewasa dari tokoh utama yang diceritakan. Pada fragmen kedua, tokoh utama mulai berusaha untuk menyelesaikan masalah. Fragmen ini bisa dikatakan sebagai masa kritis dari kehidupan tokoh utama. Suasana yang dibangun oleh dalang umumnya serius, menegangkan, atau bahkan penuh perenungan.
- Fragmen Ketiga
Fragmen ketiga dalam pertunjukan wayang biasanya menceritakan masa tua dari tokoh utama yang diceritakan. Pada fragmen ketiga, tokoh utama telah berhasil menyelesaikan masalah dan mencapai apa yang dicita-citakan. Walau demikian, ada kesadaran bahwa semua yang dicapai bisa saja berakhir karena usia. Suasana yang dibangun oleh dalang umumnya bahagia, haru dan syahdu.
Karena setiap fragmen memiliki kebutuhan dan tuntutan emosi yang berbeda-beda, setiap fragmen seyogyanya menggunakan gending-gending dengan atmosfer yang sesuai dengan kebutuhan cerita. Komposisi dan permainan gending harus diperhatikan dengan baik agar nilai rasa / emosi dari gending sesuai dengan isi cerita dan meninggalkan kesan yang mendalam bagi penontonnya. Di sinilah pathet berperan sebagai acuan atau pedoman.
Pada Laras Slendro, ada tiga jenis pathet dengan karakter yang berbeda-beda, mengacu pada pembagian fragmen dalam pertunjukan wayang :
- Pathet Nem
Pathet Nem diasosiasikan dengan fragmen pertama pertunjukan wayang, di mana gending yang dikomposisi dengan pathet ini cenderung memunculkan emosi ceria dan menyenangkan.
Susunan rangkaian notasi gending-nya cenderung banyak menggunakan susunan nada yang terdiri dari nada 2, 3, 5, 6, dan 1; dengan nada yang dominan umumnya jatuh pada nada 2 atau 6 (Palgunadi, 2023).
Pengertian lain yang lebih sederhana adalah Pathet Nem dalam Laras Slendro memiliki wilayah nada 6-5-3-2. Dengan demikian, Pathet Nem akan jarang membunyikan nada 1.
- Pathet Sanga
Pathet Sanga diasosiasikan dengan fragmen kedua pertunjukan wayang, di mana gending yang dikomposisi dengan pathet ini cenderung memunculkan nuansa yang serius, penuh perenungan bahkan tegang.
Susunan rangkaian notasi gendhîng-nya cenderung banyak menggunakan susunan nada yang terdiri dari nada 5, 6, 1, 2, dan 3 dengan nada yang dominan umumnya jatuh pada nada 5 (Palgunadi, 2023).
Pengertian lain yang lebih sederhana adalah Pathet Sanga memiliki wilayah nada 2-1-6-5. Dengan demikian, Pathet Nem akan jarang membunyikan nada 3.
- Pathet Manyuro
Pathet Manyuro diasosiasikan dengan fragmen ketiga pertunjukan wayang, di mana gending yang dikomposisi dengan pathet ini cenderung memunculkan nuansa yang bahagia, haru dan syahdu.
Susunan rangkaian notasi gendhîng-nya cenderung banyak menggunakan susunan nada yang terdiri dari nada 6, 1, 2, 3, dan 5 dengan nada yang dominan umumnya jatuh pada nada 6 atau 3 (Palgunadi, 2023).
Pengertian lain yang lebih sederhana adalah Pathet Manyuro memiliki wilayah nada 3-2-1-6. Dengan demikian, Pathet Manyuro akan jarang membunyikan nada 5.
Kepustakaan
- Palgunadi, B. (2023, Oktober 18). Pathet : Penjelajahan Manusia Saat Meniti Kehidupan dan Waktu. https://ajar-wayangan.blogspot.com/2023/10/pathet-penjelajahan-manusia-saat-meniti.html