5.1 Definisi Pathet
Pathet merupakan sebuah konsep dalam Gamelan Jawa yang cukup sulit diterangkan. Walau demikian, Pathet berperan penting dalam Gamelan Jawa karena Pathet memberikan aturan / pedoman yang mengikat pemain gamelan pada saat menabuh ricikannya atau melantunkan vokalnya. Pathet adalah salah satu sistem yang mengikat pemain gamelan bagaimana seyogianya seorang pengrawit nabuh atau melantunkan sebuah tembang, terutama kaitannya dengan pilihan nada dalam membentuk gending / lagu. (Dayatami, 2019).
Untuk mudahnya, Pathet bisa disejajarkan dengan “kunci” pada konvensi musik diatonis barat (Dayatami, 2019). Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa di dalem Pathet terdapat kombinasi nada-nada yang harus dimainkan dengan pola aturan tertentu. Walau demikian, Pathet sifatnya tidak mutlak seperti kunci dalam tangga nada Diatonis Barat. Komposisi nada-nada dalam Pathet bersifat lebih dinamis karena tetap memungkinkan adanya variasi-variasi di dalam bingkai aturannya.
Dalam bingkai aturan Pathet, ada nada yang terpilih dan ada pula nada yang dihindari (Dayatami, 2019). Kecenderungan untuk memilih atau tidak memilih suatu nada dalam Pathet bergantung pada nilai rasa dari nada tersebut, yang dikenal dengan istilah rasa seleh.
Dalam bukunya, Hastanto (2006) mencoba menguraikan konsep Pathet secara detil, namun penulis mencoba meringkaskan apa yang ada di dalam buku tersebut agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Hastanto (2006) mendefinisikan rasa seleh sebagai rasa “berhenti” dalam sebuah kalimat lagu, baik itu berhenti sementara maupun berhenti seutuhnya. Dari definisi tersebut, penulis mengartikan “berhenti” sebagai terkesima atau terhanyut karena merasakan keindahan dari bunyi lagu tersebut.
Rasa “berhenti” ini muncul dari penghayatan kita saat mendengarkan gending yang dimainkan. Penghayatan tersebut memunculkan suatu emosi tertentu di sanubari, sehingga emosi itu akan dijadikan patokan pendengar untuk menilai nada-nada mana yang memiliki rasa seleh yang kuat. Nada dengan rasa seleh yang kuat akan semakin memperkuat emosi yang dirasakan pendengar, sehingga membuat gending semakin menarik untuk didengarkan.
Sebagai akibatnya, ketika menabuh gamelan atau menulis komposisi, ada nada-nada yang dihindari dan ada nada-nada yang diutamakan oleh para seniman. Tujuannya adalah membuat pendengar merasakan emosi yang sesuai dari gending yang dimainkan.
Bila diamati lebih lanjut, nada-nada yang terpilih dan dihindari tersebut membentuk sebuah pola umum, yang mana pola tersebut dijadikan acuan bagi pemain gamelan untuk memainkan gending. Pola umum rangkaian nada itulah yang kita kenal dengan sebutan Pathet.
Kepustakaan
- Dayatami, T. (2019) Representasi Pathet Pada Gender Wandu Melalui Sistem Deret Kempyung Dalam Penciptaan Karya Musik. Selonding : Jurnal Etnomusikologi, 15 (2) 111-123. https://lib.pasca.isi.ac.id/index.php?p=show_detail&id=4827
- Hastanto, S. (2006) Konsep Pathet dalam Karawitan Jawa. Jakarta : Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Direktorat Jenderal Nilai Budaya, Seni dan Film.